Diposting oleh : Ig. Elis Handoko SCJ Kategori: Sentilan Rohani - Dibaca: 2972 kali Selasa, 21 Juni 2016 - 12:19:25 WIB
Pada suatu ketika, matahari sedang bersedih hati karena terjebak di tengah-tengah bumi dan tak mampu memberikan cahaya. Ia mengeluhkan nasibnya dan berkata, “Menyedihkan! Aku ini kan ciptaan yang bercahaya. Tapi..., sekarang terjebak dalam gelap dan tak mampu menyinari semesta!”
Seseorang mendengar apa yang dikeluhkan matahari, lalu memberitahukannya kepada malaikat cahaya. Malaikat cahaya menemui matahari, katanya, “Saudaraku Matahari, jadilah dirimu sendiri! Keluarlah dari tempatmu dan naiklah ke langit!”
Setelah seruan itu, tiba-tiba matahari sudah bertengger di langit tinggi dan bisa menyinari semesta. Sebentar kemudian, ia mulai berpikir-pikir, “Sungguh indah menjadi matahari yang bisa menyinari jagad semesta. Sayangnya, di ketinggian ini aku merasa sepi seorang diri. Aku ingin sekali memiliki planet-planet dan tinggal bersama teman-teman.”
Malaikat cahaya mendengar keinginan matahari. Katanya, “Betapa kamu menyukai ketinggian. Aku pun mendengar bahwa kamu membutuhkan teman. Ini, terimalah planet-planet sebagai kawan hidupmu!”
Setelah berabad-abad, matahari merasa bosan dengan apa yang ia miliki di sekitarnya. Pikirnya, “Aku selalu melihat wajah-wajah yang sama. Betapa membosankannya hidup ini! Aku ingin menjadi lebih benderang seperti malaikat cahaya.”
Begitulah, hari demi hari, matahari semakin murung dan sedih. Sang malaikat pun berkata padanya, “Dengarlah, hai Matahari! Aku mengetahtui apa yang berkembang dalam pikiranmu. Karena perilakumu itu, aku menjatuhkan hukuman mati kepadamu. Setiap hari, aku akan mematikan cahayamu untuk beberapa saat, dan saat itulah posisimu akan digantikan oleh kerdipan bintang-bintang di langit. Semua ini terjadi karena keinginanmu yang tidak masuk akal dan karena kamu menolak menjadi dirimu sendiri.”
Baca juga artikel berikut: