Diposting oleh : Antonius Handoko Kategori: Renungan & Motivasi - Dibaca: 4462 kali Rabu, 01 April 2015 - 19:48:24 WIB
Peringatan sengsara dan wafat Tuhan Yesus semakin dekat. Peringatan yang selalu kita rayakan setiap tahun sebagai kenangan akan kasih Allah yang sangat aggung. Kasih yang secara sempurna tercurah kepada manusia. Cinta yang begitu besar yang telah membawa keselamatan dan penebusan dosa pada seluruh alam semesta.
Peristiwa sengsara dimulai dengan penangkapan Yesus oleh para pengawal bait Allah. Para pengawal bait Allah diantar oleh Yudas yang terlebih dulu mencium Yesus sebagai petunjuk bahwa orang yang diciumnya ialah orang yang harus ditangkap. Yudas menyerahkan Yesus kepada para imam dengan menerima upah 30 keping uang perak.
Pertanyaan yang dapat diajukan dari peristiwa itu ialah; apakah Yudas benar-benar jahat sehingga rela menjual gurunya? Ataukah Yudas adalah orang yang sangat mencitai materi sehingga rela menyerahkan gurunya dan diganti dengan 30 keping uang perak? Masihkan ada kebaikan dalam diri Yudas Iskaryot itu? Tidak adakah hal baik yang ia peroleh dari pengajaran-pengajaran Yesus? Injil memang tidak banyak membahas hal itu.
Pengkhianatan yang dilakukan oleh Yudas membuat seluruh kisah hidupnya tertutup oleh kejahatannya itu. Setiap kali nama ini disebut pasti selalu dikaitkan dengan penghinatan yang ia lakukan. Menurut beberapa ahli tafsir kitab suci motivasi Yudas untuk menyerahkan Yesus bukan karena perkara material. Seperti para murid yang lain konsep tentang Mesias yang menderita sengsara dan mati tidak ada dalam diri Yudas. Yudas percaya bahwa Yesus ialah sosok Mesias yang jaya dan penuh dengan keajaiban. Ia yakin bahwa saat Yesus ditangkap maka Yesus akan membebaskan diri dengan cara yang ajaib. Cara yang akan membuat banyak orang terpana dan kemudian percaya kepada Yesus.
Yudas tidak mau membuka diri terhadap ajaran Yesus bahwa Ia adalah Mesias yang harus menderita sengsara. Yesus sudah mengatakan hal itu berkali-kali namun Yudas tidak mengerti juga, para murid lain seperti Petrus juga tidak mengerti sehingga Yesus pernah membentak Petrus dengan berkata “Enyahlah Iblis”.
Hal yang dapat kita renungkan adalah “keterbukaan hati pada kehendak Allah merupakan suatu hal yang harus kita lakukan setiap saat”; jangan sampai kita salah sangka dan berbuat sesuatu yang didasarkan pada pemikiran kita semata. Tuhan itu baik dan dari diri Tuhan yang baik tidak mungkin lahir ketidak baikan. Rencana Tuhan untuk manusia adalah keselamatan setiap manusia; keselamatan jasmani dan rohani. Maka marilah kita senantiasa membuka hati supaya kita bisa mengerti apa kehendak Tuhan untuk kita.
Baca juga artikel berikut: